A.
Korosi
Korosi merupakan kerusakan akibat reaksi dengan lingkungan sekitarnya. Korosi dapat
diartikan sebagai suatu perusakan suatu material karena bereaksi dengan
lingkungannya. Reaksi ini menghasilkan oksida logam, sulfida logam atau hasil
reaksi lain. Perhitungan laju
korosi dapat dilakukan dengan melihat rumus laju korosi erosi secara umum :
Laju
korosi erosi (mpy) = (K x W) / (A x T
x D) .......................... (1)
Keterangan :
K = Konstanta (3.45 x 106)
T = Waktu (jam)
A = Luas permukaan logam (cm2)
W = Kehilangan berat ( gram)
D = Densitas (2.7 gr/cm3)
Secara garis besar, faktor-faktor yang
mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu proses korosi adalah:
Material yang dipakai untuk membuat benda konstruksi
sangat berpengaruh terhadap laju korosi, dengan demikian harus dipilih sejeli
mungkin untuk mengurangi dampak negatif korosi.
- Kondisi lingkungan/media
Lingkungan di mana benda konstruksi akan dibuat dan
digunakan juga merupakan salah satu faktor dalam proses dan kecepatan korosi.
Material di lingkungan air laut akan sangat berbeda dengan lingkungan di
lingkungan air tawar. Korosi yang timbul akan dipengaruhi oleh media korosif
yang terkandung pada lingkungan tersebut.
- Bentuk konstruksi/susunan
Bentuk konstruksi yang oleh sebagian orang diabaikan
efeknya terhadap proses korosi, sebenarnya tidak sedikit dampak negatifnya.
Karena bentuk ini sedikit banyak juga akan berpengaruh terhadap kecepatan
korosi. Sebagai contoh pipa yang dibengkokkan dengan radius 180o
akan sangat berlainan korosinya jika dibandingkan dengan pipa yang lurus.
- Fungsi konstruksi
Konstruksi baja yang digunakan untuk operasi suhu panas
akan berlainan jika dibandingkan dengan suu operasi rendah. Dengan demikian
dapat diambil kesipulan jika konstruksi tersebut akan dibuat harus
dipertimbangkan untuk apa alat tersebut dibuat atau untuk operasi yang
bagaimana konstruksi tersebut dipakai.
B. Proses Terjadinya Korosi
Proses korosi
dapat terjadi apabila sekurang-kurangnya terdapat sepasang reaksi oksidasi dan
reduksi yang berlangsung secara serempak dengan kecepatan reaksi yang sama. Reaksi
anodik dalam setiap proses korosi merupakan reaksi oksidasi suatu logam menjadi
ionnya yang ditandai dengan kenaikan valensi atau pelepasan elektron. Secara
umum reaksi anodik dapat dituliskan sebagai berikut:
M → Mn+
+ n.e-.................................................................(2)
di mana n
adalah jumlah elektron yang dihasilkan dan besarnya sama dengan valensi ion
logam yang terkorosi. Reaksi katodik dalam setiap proses korosi merupakan
reaksi reduksi yang ditandai dengan penurunan valensi atau penyerapan
elektoron. Ada beberapa reaksi katodik yang berbeda yang sering dijumpai dalam
proses korosi logam, yaitu pada reaksi suasana asam tanpa oksigen (persamaan 3)
dan dengan oksigen (persamaan 4), pada suasana basa atau netral (persamaan 5),
dan pada reduksi ion logam (persamaan 6 dan 7).
2H+ + 2e- → H2
…………...………......……….………....(3)
4H+ + O2 + 4e- → 2H2O
….………......……….………….(4)
2H2O
+ O2 + 4e- → 4OH- …………..……………………..(5)
Mn+ + ne- → M………………….……………………….. (6)
Mn+ + e- → M(n-1)+……………….……………………….
(7)
Dari sekian
banyak reaksi katodik, yang umum dijumpai adalah reaksi (3), (4) dan (5). Dari
sini dapat disimpulkan bahwa peranan air dan oksigen sangat dominan dalam
proses korosi.
C. Korosi Selektif
Korosi Selektif
adalah suatu bentuk korosi yang terjadi karena pelarutan komponen tertentu dari
paduan logam (alloynya). Pelarutan ini terjadi pada salah satu unsur pemadu
atau komponen dari paduan logam yang lebih aktif yang menyebabkan sebagian
besar dari pemadu tersebut hilang dari paduannya. Material yang tertinggal
telah kehilangan sebagian besar kekuatan fisiknya (karena berpori-pori).
Selektif leaching (nama lain dari korosi
selektif) bisa terjadi dari sepasang panduan logam satu fasa dan juga dua fasa.
Dalam paduan dua fasa, fasa yang kurang mulia akan meluruh terlebih dahulu.
Korosi ini sebenarnya bukan ternasuk bentuk korosi elektrokimia tetapi
cenderung termasuk ke korosi kimia. Misalnya paduan kuningan (Cu-Zn) yang
berada dilingkungan asam dimana Zn akan terlarut dalam asam (dezincification). Korosi selektif
ini merupakan terlarutnya logam pada paduan logam karena logam tersebut lebih
rentan (lebih anodik) terhadap korosi daripada logam lain dalam paduan. Akibat
dari korosi selektif ini, permukaan logam paduan tereduksi dan membuat bagian
yang terkorosi menjadi spongy material yang memiliki kekuatan mekanis
yang lemah dan akan pecah jika dikenai tekanan (getas).
Gambar 1. korosi
selektif pada kuningan
Pada korosi selektif, logam paduan
mengalami perusakan paduan atau dealloying. Berikut adalah dealloying
beberapa logam dan kondisi lingkungannya.
Tabel 1. Contoh korosi
selektif pada logam
Paduan
|
Lingkungan
|
Elemen yang dihilangkan
|
Kuningan (Cu-Zn)
|
Berair, stagnan
|
Seng (dezincification)
|
Besi cor kelabu
|
Tanah, berair
|
Besi (korosi grafitik)
|
Perunggu aluminium
(Cu-Si)
|
Uap temperatur tinggi dan berasam
|
Silikon (desiliconification)
|
Perunggu timah
|
Uap
|
Timah (destannification)
|
Nikel tembaga
|
Fluks panas tinggi dan air berkecepatan rendah
|
Nikel (denickelification)
|
Baja karbon tinggi dan medium
|
Atmosfer teroksidasi, H2 temperatur tinggi
|
Carbon (decarburization)
|
Zat/komponen yang terkorosi
dalam paduan selalu bersifat anodik terhadap komponen yang lain. Walaupun
secara visual tampak perubahan warna pada permukaaan paduan, namun tidak tampak
adanya kehilangan materi berupa takik, perubahan dimensi, retak ataupun alur.
Bentuk permukaan tampaknya tetap tidak berubah termasuk tingkat kehalusan/kekasarannya.
Namun sebenarnya berat bagian yang terkena jenis karat ini menjadi berkurang,
berpori-pori dan yang terpenting adalah kehilangan sifat mekanisnya menjadi getas
dan mempunyai kekuatan tarik sangat rendah.
Contoh :
1. Dezincification
Dezincification adalah terlarutnya zinc yang terjadi pada kuningan yang
terpapar lingkungan berair dengan konsentrasi CO2 dan atau klorida
tinggi. Dezincfikasi terutama terjadi
pada kuningan dengan kadar seng diatas 15–20%, pada lingkungan air yang
mengandung ion Cl- seperti air payau & air laut dan air yang
mengandung O2. Sedangkan
untuk kuningan dengan kadar seng kurang dari 5%
biasanya tahan terhadap korosi ini. Produk dari proses dezincfikasi menghasilkan kuningan yang
berlubang, rapuh, memiliki kekuatan mekanis yang rendah dan warna kuningan
berubah dari kuning ke merah. Terlarutnya Zn menyebabkan adanya lapisan tembaga
yang lemah dan tembaga oksida sebagai produk korosi. Keberadaan CuCl2
pada larutan lingkungan kuningan akan mempercepat terlarutnya Zn. Contoh tempat
yang dapat mengalami dezincification adalah pipa kuningan pada
lingkungan asam.
Tipe atau
bentuk serangan pada proses desincfikasi
dibagi menjadi 2 bagian :
1. Tipe setempat (plug)
Tipe korosi ini
menyerang secara lokal sampai ke dalam kuningan membentuk lubang. Korosi ini terjadi pada kuningan yang
mempunyai kadar seng rendah, kondisi lingkungan basa, netral atau sedikit asam.
Air dapat merambas melalui lubang ini. Lubang ini bisa muncul jika diberi
perlakuan mekaniks seperti ditekuk.
2. Tipe lapisan
(merata)
Tipe
korosi ini menyerang secara merata pada
permukaan kuningan dan melarutkan seng pada seluruh permukaan kuningan dengan
laju yang hampir sama. Korosi tersebut terjadi pada kuningan dengan kadar seng
tinggi dan kondisi lingkungan yang asam.
Reaksi yang
terjadi :
Di katoda :
Cu2+
+ 2e-→Cu
Terdapat oksigen terlarut (dalam air)
½ O2
+ H2O + 2e-→2OH-
Di anoda :
Cu→Cu2+ + 2e-
Zn→Zn2+ + 2e-
Atau Air yang
mengandung Cl-, ada 2 kemungkinan yang terjadi :
1. Unsur paduan
yang yang lebih aktif (seng) terlarutkan secara selektif meninggalkan struktur
tembaga yang berpori dan lemah
2. Seng dan
tembaga larut, diikuti pengendapan kembali tembaga.
Reaksi :
Di anoda :
Zn→Zn2+ + 2e-
Cu+2Cl-→CuCl2- + 2e-
Di katoda:
CuCl2-→Cu2+ + 2 Cl
- + e
–
Cu→Cu2+ + 2e
–
Korosi selektif
dezincification ini
dapat dicegah dengan mengurangi agresivitas
larutan dengan menghilangkan O2 terlarut, penggunaan kuningan merah
(<15 dengan="dengan" kuningan="kuningan" pengganti="pengganti" sebagai="sebagai" zn="zn"> 15%, dan menambahkan
unsur inhibitor dalam paduan seperti As, P, atau Sb.15>
2. Grafitasi
Korosi grafitik adalah korosi selektif
yang terjadi pada besi cor kelabu (gray cast iron) yang mempunyai jaringan
grafit pada mikrostrukturnya. Grafit bertindak sebagai katoda yang
mempercepat kelarutan besi di sekitarnya. Pada graphitic corrosion,
bentuk logam dapat dipertahankan oleh jaringan grafit, tetapi logam tetap
kehilangan kekuatan mekanis akibat korosi. Contoh tempat yang dapat mengalami
korosi grafitik adalah pipa besi cor yang dipendam di dalam tanah. Korosi
grafitik dapat dicegah dengan penggunaan besi cor nodular sebagai pengganti
besi cor kelabu, coating atau pelapisan logam, dan perlindungan katodik.
D. Pengendalian Korosi Selektif
Korosi selektif
bisa dicegah dengan menggunakan metode-metode berikut :
1. Mengurangi keagresifan lingkungan misalnya dengan
mengurangi kandungan oksigen terlarut (deaerasi).
2. Menggunakan paduan yang lebih
tahan misalnya kuingan merah (15% Zn).
3. Penambahan 1 % Sn pada Brass 70-30.
4. Penambahan inhibitor.
5. Proteksi katodik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Komentarnya ya.....